Wawancara Co-Founder dan Chairwoman HTC, Cher Wang

"Kami Ingin Memperluas Bisnis di Indonesia"

Cher Wang
Sumber :
  • forbes.com

VIVAnews - Lebih dari 1.200 pengusaha top dan pemikir tingkat dunia tengah bertemu di Bali dalam rangka Pekan KTT APEC 2013. Mereka membicarakan sejumlah kebijakan ekonomi, membicarakan langkah-langkah prioritas yang harus menjadi perhatian para pemimpin Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik itu. Saran para pebisnis itu penting di didengar di tengah ketidakpastian ekonomi global berbulan belakangan.

Dari sekian banyak eksekutif yang hadir itu, Cher Wang termasuk yang menyedot perhatian media massa dan kalangan pebisnis. Dia bahkan diberi kesempatan khusus untuk berbagi pemikiran dan pengalamannya seputar bisnis inovasi dalam forum yang juga dihadiri sejumlah pemimpin dunia itu. 

Deretan Negara yang Memiliki Work Life Balance Terbaik di Dunia, Adakah Indonesia?

Di tengah keburaman ekonomi, sejumlah perusahaan raksasa sudah banyak menemui ajal, para pemimpin pemerintahan tampaknya memang harus mendengar Cher Wang. Wanita yang mengagumi Indonesia ini sudah mengalami jatuh bangun dalam dunia usaha. Dia adalah salah satu pendiri HTC, yang kini menjadi raksasa produk telekomunikasi. Didirikan di Taiwan pada 1997, HTC kukuh meraksasa di tengah kerasnya persaingan di gelanggang ponsel pintar dan tablet dunia. 

Reputasinya sebagai Chairwoman dan Co-Founder HTC menaruh Wang sebagai salah satu perempuan yang paling berkuasa dan sukses dalam industri teknologi.

Kubu 03 Batal Hadirkan Kapolda, Yusril: Gara-gara Saya Gertak, Enggak Berani Muncul

Kesuksesan itulah yang menjadi alasan para pemimpin APEC, mendaulat eksekutif berusia 55 tahun itu sebagai anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC). Dewan inilah yang setiap tahun memberi rekomendasi kepada para pemimpin 21 anggota APEC untuk meningkatkan liberalisasi perdagangan dan investasi di Asia Pasifik.

Dalam wawancara dengan VIVA Media Group (VIVAnews dan ANTV), Wang mengungkapkan harapan dan memberi sejumlah usulan demi kemajuan APEC, yang para pemimpinnya tengah menggelar Konferensi Tingkat Tinggi di Bali, 1-8 Oktober 2013. Putri mendiang konglomerat Wang Yung-ching dari Taiwan itu, sangat antusias berbicara mengenai peran perempuan dalam pembangunan ekonomi. 

Dalam menjalankan usahanya, Wang mengaku sering tidak peduli apakah dia laki-laki atau perempuan. "Dalam perusahaan yang saya dirikan dan saya kelola, orang-orang melihat saya sebagai unisex. Mereka tidak melihat saya sebagai perempuan," ujarnya sembari tertawa.

Jaringan bisnis yang dikelola Wang juga antusias untuk mengembangkan bisnis dan investasi di Indonesia, negara yang disanjungnya karena memiliki panorama yang permai. Dia berharap para pebisnis dari negara-negara anggota APEC bekerjasama demi menjaga denyut bisnis di kawasan ini. 

Terpopuler: Desta Puji Natasha Rizky sampai Tetangga Ayu Ting Ting Buka Suara

Berikut wawancaranya: 

Sebagai pengusaha yang tergabung dalam Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC), apa harapan Anda atas KTT APEC tahun ini?

Sebagai anggota Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC), kami selalu bertemu secara rutin untuk memberi masukan-masukan kepada para pemimpin APEC. Interaksi kami di ABAC sebagai sesama pebisnis selama ini berjalan dengan sangat baik.

Kami bertukar ide untuk saling meningkatkan pemahaman akan budaya dan inovasi yang terus berkembang. Saya sangat berharap interaksi ini akan terus berlanjut.

Bagaimana Anda melihat peran APEC, yang selama ini lebih dipandang sebagai forum bincang-bincang mengenai ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Sebagai anggota ABAC, apakah APEC memberi pengaruh bagi kemajuan bisnis Anda?

APEC terdiri dari 21 negara dan di forum ABAC sendiri terdiri dari 63 pengusaha. Jadi ada banyak ide yang bisa kami pelajari satu sama lain.

Dan interaksi ini bisa mengatasi tantangan-tantangan bisnis yang kami hadapi. Jadi interaksi merupakan faktor penting yang terus dipelihara. Dari situlah saya belajar bagaimana interaksi ini bisa berperan bagi kemajuan perusahaan saya.

Tantangan apa yang sering muncul dalam berbisnis di Asia Pasifik?

Kami harap APEC bisa mengatasi halangan-halangan perdagangan yang muncul di setiap anggota, termasuk yang terkait dengan regulasi. Kami harap APEC ini menjadi seperti suatu keluarga. Kawasan Asia Pasifik ini adalah pasar yang besar.

Kami berharap ada regulasi yang lebih baik di berbagai tipe produk, tidak hanya di sektor teknologi, namun juga di sektor pangan dan energi. Jadi kami berharap agar berbagai penghalang perdagangan di kawasan ini dapat dikurangi.

Indonesia telah menjadi salah satu pasar yang besar bagi produk-produk HTC, terutama di pasar ponsel pintar. Namun, apakah Anda punya rencana untuk investasi di Indonesia?

Menurut saya Indonesia merupakan negara yang mengagumkan. Negara Anda tidak hanya punya populasi yang banyak, tapi juga sumber daya yang melimpah.

Setiap saya datang ke Bali, misalnya, ini merupakan salah satu tempat paling indah yang pernah saya kunjungi. Menurut saya, HTC sangat berkeinginan untuk memperluas bisnis di Indonesia. Tidak saja berbisnis, namun juga ingin berinvestasi lebih besar lagi di Indonesia.

Investasi baru seperti apa yang Anda rencanakan di Indonesia?

Kami akan merekrut banyak orang untuk merambah pasar-pasar lokal dan mengeksplorasi pasar baru di sini. Kami sudah melakukannya saat ini.

Kembali ke isu APEC, seberapa besar peran sektor swasta dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi bagi anggota-anggota APEC?

Pemerintah selama ini masih memainkan peran yang besar, terutama dalam memajukan usaha kecil dan menengah (UKM). Pemerintah harus berperan menciptakan suasana yang mendukung bagi sektor swasta dan mendorong talenta-talenta baru untuk lebih kreatif dan inovatf dengan memperbaiki sistem pendidikan. Jadi para UKM diberi suasana yang kondusif untuk berkreasi.

Pemerintah pun harus menyediakan akses keuangan yang lebih mudah kepada para UKM agar produk mereka bisa memiliki nilai yang berkualitas dan terus berinovasi. Menurut saya inovasi juga perlu keberagaman budaya.

Jadi bila pemerintah punya kebijakan yang mampu menarik talenta-talenta internasional untuk datang, inovasi akan muncul. Itu karena keberagaman bisa menciptakan banyak gagasan.

Cher Wang Chairperson dan Co-Founder HTC

Sumber Foto: APEC CEO Summit 2013

Selain liberalisasi perdagangan dan investasi, KTT APEC tahun ini juga membahas peran perempuan dalam ekonomi industri. Apakah Anda melihat peran perempuan dalam pembangunan ekonomi sudah cukup berpengaruh di Asia Pasifik?

Saat mendirikan HTC, saya tidak melihat apakah saya perempuan atau laki-laki. Jadi, saat ikut dalam ABAC, saya merupakan satu dari sedikit perempuan di forum itu dan tentu lebih banyak laki-laki. Dari situlah saya menyadari bahwa tidak banyak perempuan menjadi pemimpin di Asia Pasifik.

Walau kini kian bertambah perempuan yang menjadi pemimpin, namun jumlahnya masih relatif sedikit. Jadi, bagi saya, menemukan dan mengembangkan lebih banyak perempuan yang berpotensi dalam pembangunan ekonomi merupakan tugas pemerintah yang sangat penting saat ini.

Apakah perusahaan Anda punya program khusus untuk pemberdayaan perempuan dalam ekonomi industri?

Ya, kami akan terus berbuat lebih banyak lagi karena saya menyadari bahwa potensi kaum perempuan saat ini masih belum dimajukan dalam pembangunan ekonomi. Maka kami ingin terus merekrut banyak staf perempuan untuk tanggung jawab yang lebih besar dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai pemimpin.

Bagaimana peran pemerintah di negeri Anda (Taiwan) dalam memajukan peran perempuan dalam ekonomi?

Menurut saya Taiwan sudah memiliki banyak kebijakan yang baik karena menyadari bahwa perempuan punya kontribusi yang besar bagi perekonomian sejak dulu, jadi hasilnya bisa kami nikmati sekarang. Namun kami dari pihak swasta harus selalu mendukung dan mengingatkan pemerintah bahwa perempuan punya peran penting bagi kekuatan ekonomi.

Apakah anda melihat bahwa perempuan pemimpin masih sedikit berkecimpung di industri teknologi dan mekanik?

Itulah sebabnya pemerintah harus menyediakan suasana yang mendukung perempuan untuk berkembang di sektor-sektor itu. Makin banyak perempuan yang harus dibekali pendidikan yang terkait dengan teknologi. Jadi mereka punya bekal yang cukup untuk berkiprah dalam industri teknologi.

Jumlah perempuan saat ini 50% dari total populasi dunia dan kemungkinan besar lebih dari 50% keputusan membeli berasal dari kaum perempuan. Jadi perempuan harus menjadi bagian dari proses inovasi.

Sebagai pemimpin bisnis, apakah Anda mengalami kendala terkait status Anda sebagai perempuan?

Saya tidak mengalaminya. Dalam perusahaan yang saya dirikan dan saya kelola, orang-orang melihat saya sebagai unisex. Mereka tidak melihat saya sebagai perempuan.

Namun, seperti yang diutarakan sebelumnya, saat bergabung ke ABAC, hanya ada enam perempuan saat itu. Jadi saya sadar bahwa kontribusi perempuan dalam bisnis masih sedikit.

Bagaimana Anda melihat peran perempuan  dalam perekonomian di Asia ?

Saya melihat ada kemajuan. Pada akhirnya Asia mulai memanfaatkan sumber kekuatan ekonomi. Pembangunan sumber daya manusia sangat penting. Dalam dunia yang kian terhubung, perempuan juga harus makin terlibat dalam teknologi.     

Apa pesan Anda kepada para perempuan di negara-negara yang masih merendahkan kemampuan mereka dalam kepemimpinan ekonomi?

Perempuan harus berani bersuara, namun juga harus membuktikan bahwa mereka mampu menjadi pemimpin karena banyak orang masih menganggap perempuan sebagai mahluk yang lemah. Jadi berani dan bisa membuktikan kemampuan merupakan faktor penting bagi perempuan untuk maju dan dipandang punya nilai.

Bagi perempuan pemimpin, mohon perhatikan juga sesama Anda. Mereka juga berhak untuk maju.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya