Dubes Denmark Casper Klynge

Ratu Margrethe II Penasaran Soal Indonesia

Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Casper Klynge
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Garap Listrik di Semarang, Denmark Kucurkan Rp30 Miliar
- Ratu Kerajaan Denmark, Margrethe II dan Pangeran Consort Henrik akan tiba di Indonesia pada Rabu, 21 Oktober 2015. Kunjungan Margrethe II dinilai bersejarah karena ini menjadi kali perdana Ratu yang bertahta sejak tahun 1972 lalu itu menjejakkan kaki di Indonesia.

Sultan: Ratu Denmark Cuma 'Say Hello'
Momen ini semakin istimewa, karena Margrethe II sendiri yang menyatakan minatnya untuk berkunjung ke Indonesia. Selain itu, kunjungan dilakukan bertepatan dengan 65 tahun hubungan Indonesia dan Denmark. 

Ratu Denmark Ternyata Bisa Bedakan Batik Tulis dan Cap
Sementara, sang suami, Pangeran Consort Henrik, sudah beberapa kali menyambangi kawasan Asia Tenggara. Dia pernah tumbuh besar di Vietnam. Bahkan, pada bulan Maret 2010 lalu, Henrik pernah menjejakkan kaki ke Kalimantan Tengah, Indonesia, sebagai Duta Besar organisasi World Wildlife Fund (WWF). 

Di sana, dia ikut melakukan penanaman bibit pohon Tutup Kabali (Diospyorus Sp), yang merupakan salah satu spesies endemik hutan rawa gambut dan pakan orang utan.

Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia, Casper Klynge, yang ditemui VIVA.co.id secara khusus mengatakan, kunjungan Ratu Margrethe II merupakan peristiwa yang sangat besar baginya. Oleh sebab itu, jelang hari H, dia dan staf di kedutaan terlihat semakin sibuk mempersiapkan kedatangan pasangan kerajaan di Jakarta. 

"Ratu Margrethe II akan melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari. Tetapi, satu hari sebelumnya, Beliau telah tiba di Jakarta. Setelah itu, Beliau akan tetap berada di Indonesia sementara waktu karena ada ketertarikan pribadi," kata Klynge. 

Klynge menambahkan Ratu Margrethe II akan berada di Indonesia selama satu pekan. Selain mengunjungi Jakarta, Ratu yang bernama lengkap Margrethe Alexandrine Þórhildur Ingrid itu akan menyambangi Yogyakarta. Di sana, dia akan bertemu dengan Sri Sultan Hamengkubowo X dan mengunjungi Candi Prambanan. Sementara, di saat bersamaan, Pangeran Consort Henrik akan mengunjungi Surabaya. 

Menurut Klynge, kunjungan yang dilakukan terpisah merupakan strategi untuk memaksimalkan kunjungan kenegaraan. Pasangan kerajaan ini juga akan memboyong dua menteri dan 63 pengusaha Denmark. Salah satunya, untuk menjajaki peluang berinvestasi di Indonesia.

Menurut Klynge dengan adanya kunjungan ini, bisa mengenalkan Indonesia ke pentas internasional. Sebab, menurut dia, Indonesia tertutup bayangan dua negara besar Asia lainnya yakni India dan Tiongkok.

Lalu, kerja sama apa saja yang dibidik Pemerintah Denmark saat Ratu Margrethe II berkunjung ke Indonesia? Bagaimana pendapat Klynge mengenai hubungan kedua negara kelak saat dipimpin Presiden Joko Widodo? Serta apa pelajaran berharga yang diambil warga Denmark pasca insiden penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh harian terbesar Denmark, Jyllands Posten?

Berikut perbincangan khusus VIVA.co.id dengan Dubes Casper Klynge di ruang kerjanya di Kedutaan Denmark pada awal bulan ini: 

Ratu Margrethe II didampingi Pangeran Consort Henrik pada pekan ini akan berkunjung ke Indonesia. Kami dengar, Ratu Margrethe II sendiri yang memilih berkunjung kemari, apakah ada alasan khusus?

Saya rasa ada dua alasan mengapa Ratu memilih untuk berkunjung ke Indonesia. Pertama, Beliau memang memiliki ketertarikan khusus terhadap kawasan Asia Tenggara. Pangeran Consort Henrik tumbuh besar di Vietnam, sehingga kawasan Asia Tenggara bukan sesuatu yang asing bagi Beliau. 

Pangeran Consort Henrik juga beberapa kali berkunjung ke Vietnam. Beliau juga pernah menyambangi Indonesia untuk kepentingan pribadi. Saat itu Beliau mewakili organisasi World Wildlife Fund (WWF) sebagai Duta Besar dan berlibur. 

Sementara, bagi Ratu Margrethe II, ini akan menjadi kunjungan pertama baginya ke Indonesia. Dia belum pernah kemari sebelumnya. Kunjungan ini juga menjadi kunjungan kenegaraan pertama bagi Ratu. Jadi, ini peristiwa yang besar bagi kami. Mereka akan berada di Indonesia cukup lama, salah satunya karena ada ketertarikan pribadi.

Alasan lain mereka berkunjung kemari, karena faktor yang saya sebut Indonesia kian dikenal di dunia internasional. Menurut saya, Indonesia merupakan negara besar, tetapi tertutup oleh bayang-bayang Tiongkok dan India. Publik internasional lebih terfokus ke Tiongkok dan bagaimana berbisnis dengan mereka. 

Kadang saya sering melontarkan lelucon, mungkin tidak pas, tetapi masuk akal. Seandainya Indonesia berlokasi di benua yang lain dan bukan di Asia, maka semua orang akan membicarakan mengenai Indonesia, sebab negara ini masuk ke dalam jajaran lima besar dengan penduduk terbanyak di dunia. Namun, pada faktanya secara geografis, Indonesia terletak di benua yang sama dengan Tiongkok dan India.

Tetapi, dari perspektif saya, perlahan-lahan pola pikir seperti itu mulai berubah. Dunia internasional mulai beranggapan Indonesia seharusnya ikut serta menjadi bagian dari tiga negara penting di abad ke-21. Saya rasa itu pula yang menyebabkan negara di kawasan Skandinavia seperti Denmark berminat untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia.

Ada keuntungan mutualisme bagi Indonesia dan Denmark dalam menjalin kemitraan ini. Selain memiliki alasan pribadi, juga terdapat alasan politis yakni kami ingin menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia. Oleh sebab itu mengapa dalam rombongan Ratu Margrethe II dan Pangeran Consort Henrik, terdapat dua Menteri serta delegasi pengusaha ternama dari Denmark.  

Apa yang diketahui oleh Ratu Magrethe II mengenai Indonesia?

Saya pernah bertemu dengan Beliau dua kali. Dari pembicaraan itu, terungkap kunjungan semacam ini tidak sering Beliau lakukan, sehingga dia sangat menantikan untuk bisa berkunjung ke Indonesia.

Saya juga akhir-akhir ini menjalin komunikasi intens dengan pihak Kerajaan dan tersirat dengan jelas, mereka benar-benar tidak sabar ingin berkunjung kemari untuk melihat Indonesia, Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Ratu ingin melihat senyum dan berkomunikasi dengan warga lokal.

Ratu dan Pangeran Kerajaan Denmark

(Pangeran Kerajaan Denmark (kiri), Consort Henrik dan Ratu Margrethe II (kanan) usai menghadiri acara pernikahan keluarga kerajaan Luksemburg pada Oktober 2012. (FOTO: REUTERS)

Berapa lama Ratu Margrethe II dan Pangeran Consort Henrik akan berada di Indonesia?

Kunjungan kenegaraan akan berlangsung selama tiga hari. Tetapi, mereka akan tiba satu hari sebelumnya, sesudah itu, mereka akan tetap berada di Indonesia untuk kepentingan pribadi. Sehingga, total mereka akan berada di Indonesia selama satu pekan. 

Mereka akan bersama-sama mengunjungi beberapa tempat ketika berada di Indonesia. Yang menjadi fokus penting adalah pasangan Kerajaan ini tidak hanya berada di ibukota Jakarta, mereka juga akan berkunjung ke provinsi lain di Indonesia yakni Yogyakarta dan Jawa Timur. 

Karena kunjungan kenegaraan hanya berlangsung selama tiga hari, sehingga sulit untuk berkunjung ke provinsi lain seperti Papua. Di hari terakhir, Pangeran Consort Henrik akan berkunjung ke Surabaya, sedangkan Ratu Margrthe II menyambangi Yogyakarta. Mereka memang akan melakukan kunjungan terpisah, tetapi hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan kunjungan kenegaraan ini. 

Pangeran Consort Henrik akan memanfaatkan peluang ketika ke Surabaya. Sedangkan saat berada di Yogyakarta, Ratu akan melihat beragam kebudayaan setempat, seperti batik, berbicara di Universitas Gadjah Mada, dan makan siang dengan Sri Sultan Hamengkubowono X. 

Hal lain yang perlu saya sampaikan yaitu akan ada jumpa pers di Candi Prambanan, Yogyakarta di hari terakhir kunjungan. Mereka akan menjawab pertanyaan dari wartawan dan menjelaskan apa saja hasil dari kunjungan itu serta bagaimana mereka melihat Indonesia.

Apakah ada bidang-bidang tertentu yang dijadikan target bagi ke-63 pengusaha yang ikut dalam rombongan Ratu Margrethe II dan Pangeran Consort Henrik ke Indonesia?

Saya perlu menjelaskan terlebih dahulu, slogan dari kunjungan ini yaitu "Kemitraan Inovatif untuk Abadi ke-21", karena kami ingin menciptakan kemitraan. Ini bukan hanya sekedar kami datang untuk meraih keuntungan dari Indonesia. Slogan ini juga bermakna membantu Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan, jika kami bisa menyediakan teknologi dan pengetahuan atau membagi pengalaman pemerintah kami di bidang tertentu, maka di sini lah kami bisa membantu.

Sehingga tidak ada agenda tersembunyi atau menginginkan sesuatu sebagai balasan, karena kami murni ingin membantu Indonesia. Poin selanjutnya yang ingin saya sampaikan yaitu, empat bidang yang kami fokuskan dalam kunjungan kenegaraan Ratu: maritim, perkotaan dan teknologi bersih, agri bisnis dan desain serta gaya hidup. 

Agri bisnis merupakan bidang yang terkait dengan produk makanan dan perikanan, teknologi bersih menyangkut energi, sedangkan maritim menyangkut pembangunan infrastruktur untuk mendukung bidang itu. Semua ini terangkum dalam satu booklet. Di dalamnya juga terdapat penjelasan mengenai para pengusaha yang hadir di masing-masing bidang.

Salah satu bidang yang tengah dikembangkan oleh Indonesia yakni maritim, karena sektor tersebut menjadi visi Presiden Jokowi. Bagaimana Denmark bisa membantu mewujudkan hal itu?

Ada beberapa hal yang masuk akal, pertama dengan membantu infrastruktur pelabuhan untuk membantu konektivitas antar pulau, penyediaan kapal, dan membangun jembatan. Di Denmark sendiri, pembangunan jembatan menjadi sesuatu yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun. Ada perusahaan Denmark yang khusus membangun jembatan di area terpencil. 

Hal lain yang dianggap penting yaitu pemantauan dan operasi penyelamatan serta evakuasi. Seperti misalnya dalam kasus jatuhnya pesawat maskapai Air Asia yang terjadi pada Desember tahun lalu. Butuh waktu untuk mencari lokasi jatuhnya pesawat. Beberapa bidang tadi menjadi sektor yang bisa dibantu oleh Denmark.

Jika kita melihat agenda Menteri Susi Pudjiastuti yang ingin memberantas tindak penangkapan ilegal, Indonesia membutuhkan peralatan untuk mengawasi dan juga armada untuk menangkap pelaku. Ini merupakan proyek yang tengah kami lakukan di Sulawesi Utara. 

Proyek yang kami lakukan yaitu menawarkan jasa pengiriman ikan tuna dengan menggunakan kontainer dengan fasilitas pendingin modern. Sehingga ketika produk ikan tuna tiba di Jepang, kualitasnya tetap terjaga. Selain itu, produk ikan tuna lebih cepat masuk ke pasar global.

Selama ini, mereka hanya menggunakan fasilitas biasa yang memakan waktu dua pekan, sehingga begitu tiba di tangan pelanggan, kualitasnya menurun. Itu merupakan salah satu bidang yang bisa dikerjasamakan. Tentu, perusahaan kami diuntungkan, tetapi, perekonomian Indonesia juga ikut untung. Yang kami lakukan hanya menghubungkan antara nelayan dengan konsumen.

Duta Besar Denmark untuk Indonesia, Casper Klynge

(Duta Besar Kerajaan Denmark untuk Indonesia ketika diwawancarai VIVA.co.id di ruang kerjanya di Kedutaan pada awal bulan ini. FOTO: Muhammad Solihin)

Bagaimana dengan kerja sama di bidang teknologi bersih dan lingkungan? 

Di tahun 1970an, terdapat krisis minyak global sehingga mengakibatkan harga minyak dunia merosot tajam. Denmark ikut terkena imbasnya, karena kami bergantung kepada sektor minyak. 

Sehingga, pemerintah kami ketika itu memutuskan untuk tak lagi terlalu bergantung kepada energi minyak bumi dan menggantinya dengan energi terbarukan. Semula kami melakukan hal itu memang bukan untuk menyelamatkan planet bumi, tetapi karena situasi perekonomian dalam keadaan kacau. 

Berdasarkan aturan pemerintah, maka perusahaan dilarang terlalu bergantung kepada energi dari minyak bumi dan mencari sumber dari energi terbarukan. Saat itu, aturan tersebut menuai banyak keluhan dari perusahaan. 

Tetapi, jika dilihat konsekuensinya saat ini, kami justru bersyukur. Seperti misalnya perusahaan Vestas, mereka menghasilkan energi dari turbin angin. Perusahaan lainnya seperti PT Grundfos Pompa, mereka memproduksi berbagai pompa seperti AC atau menyedot air. 

Dengan menggunakan pompa dan mengurangi 50 persen penggunaan energi, Anda bisa menciptakan situasi yang sama-sama bermanfaat, karena daripada Indonesia membutuhkan 35 ribu megawatt listrik, penggunaan energi justru jauh lebih efisien. 

Di sini, Anda bisa melihat teknologi baru yang bisa membantu Indonesia. Kami berharap saat kunjungan nanti, akan ada penandatanganan kontrak besar dengan ladang angin (menggunakan turbin angin) di Indonesia. Dari ladang angin itu bisa menghasilkan 62,5 megawatt listrik. Ini juga bisa menjadi peluang mengenalkan energi bersih kepada pasar Indonesia.

Apakah juga akan ada nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani selama kunjungan kenegaraan ini?

Kita tidak pernah akan tahu. Tetapi, dari prediksi kami akan ada sekitar 6 hingga 7 MoU yang akan diteken, mulai dari bidang maritim, agri bisnis, energi, pembebasan visa untuk pemegang paspor diplomatik, pendidikan, dan kebudayaan. Selain juga ada kemitraan bagi kedua negara agar jalinan hubungan bilateral lebih kuat.

Tetapi, itu adalah kesepakatan antar pemerintah. Nantinya, akan ada kesepakatan antar pengusaha yang mengikuti. 

Selanjutnya hubungan bilateral...


Bagaimana Anda melihat hubungan kedua negara ke depannya, ketika Indonesia dipimpin oleh Presiden Joko Widodo?

Saya rasa itu salah satu alasan Denmark dan banyak negara lainnya tertarik terhadap Indonesia, sebab Presiden yang terpilih saat ini, dipilih melalui proses yang demokratis. Jadi, dalam beberapa hal, Presiden Joko Widodo merupakan simbol konsolidasi dari demokrasi di Indonesia. 

Pandangan pribadi saya di sini selama bertugas kurang dari satu tahun yaitu demokrasi merupakan hal penting bagi Indonesia. Itu merupakan sesuatu yang dilindungi oleh rakyat dan disyukuri. Memang saya tiba di Indonesia ketika proses pemilihan umum telah berakhir, tetapi saat itu, sedang terjadi ketidak puasan dan proses pemilu dibawa ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Itu merupakan proses yang sangat mengesankan, karena semua pihak menghormati hasil persidangan dan hukum. Kelompok oposisi yang mengajukan tantangan hukum itu pada akhirnya ikut menghormati keputusan Mahkamah Konstitusi. Jadi, ini merupakan pemerintahan baru di mana Denmark dan negara lain ingin membangun hubungan lebih erat.

Kami sadari, Presiden Joko Widodo dan para Menteri fokus ke pembangunan ekonomi, meningkatkan pertumbuhan dan lapangan kerja bagi warga Indonesia. Tetapi, pemerintah juga terlihat ingin menjaga lingkungan agar tidak menjadi korban akibat perkembangan ekonomi, karena sektor pariwisata juga menjadi sektor andalan. Jika alam di sini rusak sebagai imbas pertumbuhan ekonomi, maka hal tersebut berakibat fatal.

Penting juga bagi generasi mendatang, agar Indonesia tidak terjebak dalam perangkap mengorbankan lingkungan demi mengejar pertumbuhan ekonomi. Itu menjadi alasan mengapa kami bersemangat untuk bekerja sama dengan Indonesia. Walaupun Denmark merupakan negara kecil, namun kami yakin bisa membawa faktor lain yang berharga bagi Indonesia. Ada banyak bidang yang dapat dikerja samakan, di antaranya kongkrit yakni di bidang energi, infrastruktur, maritim -- sebab Denmark dan Indonesia ada di situasi serupa, negara maritim dan kepulauan --, dari situ bisa terlihat antara Denmark dan Indonesia ada banyak faktor kesamaan. 

Seperti yang Anda ketahui, situasi perekonomian di Indonesia mengalami perlambatan bahkan menurun. Nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terus melemah. Apakah Anda pikir situasi ini akan segera membaik?

Saya berharap, situasi perekonomian Indonesia segera pulih. Saya melihat nilai mata uang rupiah saat ini terlihat lebih menjanjikan. Indonesia memang membutuhkan lebih banyak pertumbuhan demografik atau menciptakan lapangan pekerjaan baru. 

Saya lihat ada banyak perusahaan yang terarik untuk berinvestasi di Indonesia. Agenda Presiden Jokowi untuk mempermudah perizinan untuk berinvestasi sudah tepat. Memang betul, di lapangan masih banyak ditemukan pungli dan proses birokrasi panjang. Hal tersebut membuat calon investor kesulitan ketika ingin berinvestasi di sini.  

Itu merupakan agenda penting yang terus digalakkan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan membuka ekonomi. Berdasarkan hasil studi, justru dengan membuka perekonomian akan membawa keuntungan. Sebaliknya dengan menutup atau memproteksi justru membuat kerugian dan mencegah terbentuknya peluang kerja.  

Indonesia masih harus bekerja keras untuk itu. Tetapi, saya melihat Pemerintah Indonesia mulai menyadari hal itu dan mewujudkannya. Ketika hal tersebut terwujud, maka akan banyak investor yang siap membenamkan dananya di Indonesia.

Bagaimana dengan hubungan antar warga? Warga Indonesia terbiasa mengenal pemain badminton Peter Gade, bermain dengan lego dan membaca kisah putri duyung. Apa yang diketahui oleh warga Denmark mengenai Indonesia?

Kedua negara diketahui unggul dalam hal olah raga badminton. Indonesia juga memiliki beberapa nama besar lainnya seperti pemain yang lebih senior seperti Rudy Hartono. Generasi muda, mereka mengetahui Indonesia karena berlibur. 

Peter Gade

(Pemain bulu tangkis tunggal putera kawakan Denmark, Peter Gade ketika berlaga di Malaysia tahun 2013 lalu. FOTO: www.scandasia.com)

Ketika Anda berkuliah, sudah menjadi hal umum, Anda mengambil kerja sampingan selama 1,5 tahun ditabung, lalu berlibur ala back pack ke beberapa negara. Banyak warga Denmark datang ke Indonesia karena berlibur ala back pack.

Dimensi hubungan antar warga sangat kuat. Akhir-akhir ini banyak universitas di kedua negara yang menawarkan program pertukaran mahasiswa. Bidang-bidang seperti pariwisata, olah raga dan pendidikan, merupakan sektor terkait dengan relasi hubungan antar warga. 

Saya dengan senang hati bersedia untuk meningkatkan hubungan itu. Selain itu, dengan kunjungan kenegaraan semacam ini, akan menjadi publikasi besar bagi Indonesia.

Warga kami di Denmark akan menyaksikan Ratu Margrethe II tengah berkunjung ke Jakarta, melihat Candi Prambanan, dan berbagai aktivitas lainnya. Prediksi saya, kunjungan turis Denmark akan meningkat usai kunjungan kenegaraan bersejarah ini.

Selanjutnya Muslim di Denmark...


Denmark juga memiliki populasi Muslim. Bagaimana kehidupan toleransi di sana?

Seingat saya jumlah populasi Muslim mencapai 6-7 persen dari penduduk Denmark. Tidak ada partai di Denmark yang anti terhadap Muslim. 

Ada banyak pemahaman yang keliru mengenai Denmark. Hal yang penting untuk disampaikan yaitu nilai inti yang diperjuangkan oleh warga Denmark selama berabad-abad yaitu kebebasan berbicara dan berpendapat, kesempatan yang setara, kesetaraan gender, dan toleransi beragama. Tetapi, pada dasarnya kami sepakat mengenai kesempatan setara bagi siapa pun.  

Ketika saya masih muda, nilai-nilai itu menjadi pilar yang selalu dipegang oleh masyarakat kami. Salah satu alasan mengapa saya tidak bisa menyebutkan jumlah populasi Muslim di Denmark, karena kami tidak pernah mewajibkan warga untuk didata berdasarkan agama.   

Warga bisa memeluk agama apa pun dengan leluasa dan bisa mempraktikan agamanya. Satu-satunya hal yang perlu saya ingatkan yaitu, ketika tinggal di Denmark, Anda perlu mematuhi aturan yang berlaku dan nilai di sana.

Salah satu hal yang bisa saya jadikan contoh, kesetaraan jender. Hak wanita bukan lagi sesuatu yang hanya menjadi wacana, tetapi itu bagian penting dari kehidupan warga. Jika ada warga yang tidak sepakat mengenai hal tersebut, maka mereka akan mendapat pertentangan dari warga lain. 

Tetapi tidak ada konflik antara warga Denmark dengan warga minoritas. Jujur saya katakan sebagian besar masyarakat Denmark bukan termasuk golongan religius. Memang ada yang menunaikan ibadah, tetapi sebagian besar agama tidak memainkan peranan yang besar di Denmark. 

Justru nilai-nilai inti seperti kesetaraan jender, hak wanita kebebasan beragama dan toleransi lebih memainkan peranan besar. Nilai-nilai itu yang kami lindungi, sebab nilai tersebut penting dan juga dianut secara global.

Anda mengatakan, masih ada kesalahpahaman dan salah persepsi mengenai Denmark. Apakah persepsi itu terbentuk setelah kejadian penggambaran karikatur Nabi Muhammad di harian terbesar Denmark, Jyllands Posten?

Saya kira warga Denmark banyak belajar dari insiden kartun itu. Reaksi warga pun ketika itu, mereka juga terkejut. Sebab, insiden yang terjadi pada 10 tahun lalu bertentangan dengan nilai yang diakui Denmark yakni toleransi, berjuang secara global menghadapi pembangunan, kemiskinan dan rakyat kecil.

Kami beruntung berhasil melalui insiden itu. Memang insiden itu tidak dilupakan sepenuhnya. Tetapi, kami mengambil hikmah dari kejadian itu dengan menghormati sensitivitas beragama. 

Pada faktanya, kami tetap menganut kebebasan berbicara dan media, sehingga sulit bagi pemerintah untuk mengendalikan apa yang ditulis oleh media. Tetapi, seperti yang saya katakan, semua pihak telah mengambil pelajaran berharga dan penting untuk menjelaskan seperti apa masyarakat Denmark sesungguhnya, kemudian peluang yang bisa diraih jika berada di Denmark.

[Note: harian terbesar di Denmark, Jyllands-Posten, pada 30 September 2005 mempublikasikan karikatur yang menggambarkan Nabi Muhammad. Penerbitan karikatur itu untuk mengkritik tindak sensor di media di Denmark. Usai diterbitkan oleh Jyllands-Posten, media lain ikut menerbitkan. Akibatnya terjadi kericuhan di negara-negara yang sebagian besar penduduknya Muslim. Kartunis di Jyllands-Posten berkali-kali menerima ancaman akan dibunuh]

Kami melihat usai menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Jokowi, Anda memilih bersepeda untuk kembali ke gedung Kedutaan. Bisa Anda ceritakan mengenai hal itu?

Bersepeda bagi saya bukan sekedar hobi. Tetapi, sudah menjadi alat transportasi andalan sehari-hari. 

Ketika itu, saya mengendarai sepeda kargo dan hanya butuh waktu sekitar 40 menit untuk sampai ke gedung Kedutaan. Sepeda yang sama juga saya gunakan untuk mengantar anak-anak saya ke sekolah. Setelah itu, saya berangkat menuju kantor di Kemlu dengan mengayuh sepeda yang sama.

Yang Anda lihat tahun lalu bukan bagian dari akting. Kami tetap bersepeda di Jakarta, walau macet atau cuacanya berbeda. Setiap Minggu, ketika diadakan Car Free Day (CFD) saya kerap mengajak keluarga saya bersepeda di seputaran Sudirman dan Thamrin.

Kami juga memiliki perkumpulan pecinta sepeda bernama "Viking Biking Indonesia" yang merupakan komunitas pesepeda dari beberapa negara Skandinavia. Ada juga komunitas "Bike to Work". 

Duta Besar Denmark untuk RI, Casper Klynge, mengayuh sepeda

(Duta Besar Denmark untuk RI, Casper Klynge, mengayuh sepeda dari Istana Merdeka usai menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden Joko Widodo pada Oktober 2014. FOTO: Akun Facebook Kedutaan Denmark)

Pada Kamis pagi pekan lalu, kami juga bersepeda dari Monas menuju ke area Mega Kuningan. Selain itu, kami ingin mempromosikan transportasi berkelanjutan di Jakarta, sebab kami pikir situasi kemacetan di ibukota sudah cukup parah.

Kami mempraktikan bersepeda di sini, karena sebagai bagian kontribusi dari Konferensi Perubahan Iklim (COP 21) yang akan digelar pada Desember nanti di Paris. Tetapi, pada akhirnya kami memilih bersepeda, karena hal tersebut menyenangkan. 

Ketika kami bertemu dengan ratusan orang yang juga bersepeda, sebenarnya hal itu menyenangkan. Bagi mereka yang belum pernah mencobanya, silahkan bergabung bersama kami, sebab aman untuk dilakukan karena ada banyak orang dan menyenangkan. 

Jika kami bisa menunjukkannya kepada warga Jakarta dan penduduk Indonesia, maka kalian pun juga bisa. Memang, apa yang kami lakukan tidak memberikan solusi instan terhadap kemacetan di Jakarta, tetapi paling tidak kami sudah berkontribusi. 

Sementara, terkait dengan Ratu dan Pangeran, kecil kemungkinan mereka akan bersepeda di sini. Tetapi, Putera Mahkota, dia pecinta olah raga sepeda. Ada banyak foto di mana Beliau kerap bersepeda atau berseluncur dengan sepatu.

Saya pikir, itu gaya hidup yang akan diadopsi oleh generasi mendatang.

Pangeran Consort Henrik akan menghadiri satu acara di pusat perbelanjaan Lotte Avenue, di mana akan dihadiri oleh komunitas pecinta sepeda. Siapa tahu, Beliau berkeliling sebentar dengan sepeda atau sepeda kargo. 

Jadi di Denmark, warga lebih memilih bersepeda dan menggunakan alat transportasi umum ketimbang mengendarai mobil pribadi?

Berdasarkan data statistik, lebih dari 50 persen warga di Copenhagen menggunakan sepeda entah untuk berangkat ke kantor, sekolah atau ke tempat lainnya. Bisa kah Anda bayangkan, jika separuh penduduk Jakarta juga begitu?

Saya tahu Anda akan mengatakan, kami bisa bersepeda dengan nyaman karena cuacanya lebih sejuk di Denmark. Tetapi, itu tidak sepenuhnya tepat. Walau musim dingin tiba, salju turun, kami tetap bersepeda. 

Jadi ada pepatah di Denmark: "tidak pernah ada cuaca yang buruk. Yang ada hanyalah menggunakan pakaian yang tidak pas". Selama Anda mengenakan pakaian yang cocok, maka Anda siap untuk bersepeda di musim apa pun. 

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya