Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani

Kami Siap Kawal Kebijakan Pemerintah

Ketua Umum Kadin dan Ketua Satgas Omnibus Law, Rosan P Roeslani.
Sumber :
  • Dokumentasi Kadin
VIVA.co.id
Alasan Pengusaha RI Belum Tertarik Sponsori Rio Haryanto
- Kepengurusan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia periode 2015-2020 sudah terbentuk. Dengan lengkapnya tim kerja Ketua Umum Kadin yang baru Rosan Perkasa Roeslani, oraganisasi para pengusaha di Indonesia ini siap untuk berperan sebagai mitra utama pemerintah guna mendorong perekonomian Indonesia menjadi salah satu negara maju di dunia. 

Bakmi Kadin, Legendanya Bakmi di Jogja
Dalam implementasinya, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Meskipun, beberapa lembaga internasional memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mulai merangkak naik tahun depan. 

Kadin Sambut Positif Kabinet Ekonomi
Bank Dunia beberapa waktu lalu memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun depan akan mencapai 5,3 persen. Meningkat dari realisasi tahun ini yang diproyeksi hanya akan dibawah 5 persen. 

Namun, proyeksi ini turut disertai beberapa risiko seperti, kenaikan tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat, perlambatan negara mitra dagang seperti Tiongkok, dan pelemahan sektor swasta akibat depresiasi nilai tukar. 

Jurnalis VIVA.co.id, Fikri Halim beberapa waktu lalu berkesempatan untuk mewawancarai Rosan, untuk menjawab segala tantangan tersebut. Berikut petikan wawancara lengkapnya. 

Apa prioritas Anda berserta kepengurusan baru Kadin ke depan?

Kami ingin prioritas ke depan ada beberapa hal, yang pertama yaitu mengedepankan industri strategis agar lebih dominan di dalam negeri, untuk lebih bisa menerobos pasar internasional. Kita benahi apa yang kendala untuk menerobos pasar internasional. 

Contohnya seperti kelapa sawit, produk kertas, kemudian karet. Produk-produk itu memang kita sudah dominan dan kita memang adalah penghasil terbesar, dari produk yang saya sebutkan tadi. 

Kami ingin mendorong itu, supaya ekspor kita makin tinggi dan penyerapan tenaga kerja kita juga lebih tinggi sehingga gejolak-gejolak sosial juga semakin menurun.

Lalu, yang kedua, adalah kami sangat ingin mendorong anak-anak muda kita dalam program start up, e-Commerce, untuk lebih berkembang lagi. Sebab, sekarang bukan hanya mereka bekerja, tapi mereka juga berkarya, dan mereka ini juga menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian saya meyakini bahwa ke depannya industri kreatif ini akan menjadi pilar perekonomian ke depan.

Kemudian, kalau kita lihat dana asing yang masuk dalam program start up ini juga cukup banyak, tapi mungkin tidak begitu banyak diberitakan. Nah yang saya dapat informasi saja dari januari sampai sekarang dana asing yang masuk itu sudah sampai US$800 juta dari para investor luar atau agen investor kepada kita.

Pekerjaan rumah apa yang ditinggalkan pengurus sebelumnya? Bagaimana tindak lanjutnya? 

Sebenarnya kalau pekerjaan rumah yang ditinggalkan ya memang banyak lah yang harus kita lakukan penyempurnaan. Pertama kami ingin menguatkan lembaga Kadin itu sendiri, karena Kadin itu ada di provinsi-provinsi dan kabupaten kota yang lebih dari 500 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. 

Tentunya, kami menginginkan Kadin ini berproduksi sesuai amanat UU yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebagai mitra pemerintah. Tentunya sebagai mitra, Kadin juga harus punya pemahaman, punya wawasan dunia bisnis, harus punya wawasan makro ekonomi dan juga memahami kompetisi yang ada di seluruh Indonesia.

Baca juga:

Apa langkah kongrit kedepannya?

Walaupun kepengurusan baru terbentuk, kami sudah bicara dengan beberapa pengusaha, salah satunya di sektor kelapa sawit, untuk memberikan masukan kepada kami. Selain itu juga sudah tanda tangan dengan misalnya Esia grup untuk memberikan masukan data yang akurat sehingga kami juga dapat menyuarakan industri ini dengan mengutamakan environment

Kemudian, kami mau komunikasikan dengan pihak luar, karena, pilar kita itu selain environment, profit dan juga properti decrease harus juga kita seimbangkan. Itu yang kita lakukan, dan ada produk-produk lain yang kita lakukan pengembangan

Apa tantangan dan hambatan ke depan?

Tentu ada , misalnya dari sisi regulasi, dari segi perpajakan selalu ada, dan juga tantangan dari sisi luar kita juga harus hadapi. Apalagi dengan adanya penurunan ekonomi, tentunya tidak hanya di dalam negeri, tapi juga secara global. Hal itu tentunya membuat permintaan kepada kebutuhan-kebutuhan juga menurun.

Bagaimana tanggapan anda, The Fed naikkan suku bunga? 

Ya sebenarnya ini kan sudah diantisipasi oleh pasar, sehingga gejolaknya juga sudah diantisipasi makanya dolar Amerika Serikat (AS) kan sampai ke di Rp14.000, tapi yang lebih harus diperhatikan juga bahwa kenaikan ini kan tidak hanya saat ini saja, diperkirakan akan secara bertahap sampai 2017.

Pemerintah mesti lakukan antisipasi, dengan adanya kenaikan ini, atau potensi dari kenaikan suku bunga ini ada potensi penguatan dolar AS. Kita harus mulai mendorong produk-produk ekspor dalam negeri ini akan mulai kembali berjalan, hal itu yang harus diperhatikan pemerintah, harus diantisipasi dari sekarang. 

Karena kalau tidak, penguatan dolar ini diperkirakan oleh berbagai pihak juga akan terjadi secara gradual, ya tentunya pemerintah juga harus memberikan insentif kepada dunia bisnis.  Karena insentif kan berada dalam genggaman pemerintah, misalkan dia (usaha) orientasi ekspor ya berikan insentif-insentif lah. 

Baca juga:

Nah, kemudian hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pada modal industri dan bidang jasa. Karena, mungkin juga sektor logistik kita adalah salah satu yang paling tinggi di dunia, nah ini kan salah satu yang bisa dilakukan pembenahan. Sehingga barang-barang kita bisa memiliki daya saing yang lebih tinggi juga apalagi dengan adanya MEA yang akan berlaku ya sebentar lagi.

Melihat kondisi ekonomi sekarang, realistis tidak, BI Rate diturunkan ?

Sekarang ini memang ada pertentangan yah, antara moneter dan sektor riil. Pemerintah dan BI juga harusnya ambil sikap, kalau mau turunkan cost, ya bank turunkan juga. Karena, kita tidak hanya mangelola ekonomi Indonesia secara keseluruhan, tapi kita juga harus mangelola pembangunan sektor ril.

Menurut saya, memang pasti ada resiko begitu BI Rate diturunkan akan ada resiko gejolak moneter, akan bisa terjadi itu. Tapi, harus dilihat juga kalau itu diturunkan, itu lihat dampaknya juga, apakah positif atau tidak. Kalau memang positif ya harus lakukan. 

Buat saya, penurunan itu buat dunia bisnis tidak banyak berpengaruh negatif. Karena kenapa? walaupun gejolak engga apa-apa karena pengusaha kita maunya apa? yah kepastian, harus buat bisnis plan ke depan. Karena, kalau naik-turunya drastis baru kita pening. Tapi, kalau kita sudah antisipasi paling tidak kita sudah tahu naiknya brp, kita tinggal masukan dalam faktor-faktor bisnis plan dunia usaha.

Kalau menurut, kami dari dunia usaha minta ada kepastian. Yah ada gejolak bisnis selalu ada. Tapi kalau gejolak besar, itu baru yang membuat kekawatiran dalam langkah-langkah kita ke depan.


Ketua Umum Kadin, Rosan P Roeslani.

Sektor apa yang akan menjadi fokus kadin ke depan?

Kalau kita mau create industri baru, itu kan memerlukan perencanaan dan sebagainya, ada keterbatasan di segi modal, teknis dan lain-lain.

Jadi, kami akan dorong bangun lagi industri-industri yang sudah ada. Kita dorong, karena memang perlu berikan dorongan. Ujungnya apa? kemakmuran masyarakat secara keseluruhan, kalau kita tarik ke belakang, industri apa yang bisa lakukan itu, apa yang bisa serap tenaga kerja banyak. Kami akan kembangkan, misalnya industri kelapa sawit, lalu industri lain kaya karet.

Jadi, pemrintah harus ambil tindakan-tindakan yang kurang populer dimata asing, tapi kalau menurut saya itu untuk kepentingan nasional, untuk kepentingan masyarakat luas, ya kita lakukan saja, asal itu punya ketegasan. Karena, ujungnya adalah ekonomi kita.

Baca juga:

Sekarang dampak global pasti selalu besar ke kondisi ekonomi dalam negeri. Kita memang harus sadar bahwa kita tidak bisa lepas dari dampak global. Tapi, dampak global itu dampaknya harus bisa ditekan sehingga tidak terlalu signifikan. Makanya, caranya kita harus punya industri yang kuat dan sehat.

Itu apa saja,  yah dikuatkan industri yang sudah ada, tidak usah cari yang baru-baru. Kita dorong dan kasih insentif segala macam, itu yang perlu.

Bagaimana kalau sektor pariwisata?

Nah, industri pariwisata jadi salah satu industri utama yang jadi prioritas. Industri pariwisata barangnya itu sudah ada, tidak perlu dibikin lagi. Tapi yang pertama, infrastruktur masih kurang, marketing kita juga masih kurang.

Kita kadang bangga industri pariwisata udah maju. Tapi, Bali doang, orang luar tahunya Bali aja. 9,4 juta orang jumlah wisatawan sudah bangga. Padahal kita masih kalah sama Singapura yang sampai 15 juta orang.

Sama Malaysia juga kalah, sampai 20 juta orang. Thailand, apalagi 24 juta orang, dan di Thailand wisatawannya tiinggalnya lebih lama. Dan memang pariwisata adalah nomor empat penghasil devisa terbesar di Indonesia, itu bisa berkembang 11 tahun lagi jadi penyumbang terbesar devisa. Jadi pemerintah harus kasih perhatian khusus di bidang ini.

Kami harus apresiasi pemrintah kasih bebas visa. Tapi harus ada kebijakan yang 'thinking out of the box'. Saya contohkan, dulu wisata kita jadi tempat pembuatan film eat pray and love, itu shutingnya di Bali. Tapi, saya dengar dipajakinya banyak. Untuk lokal dan segala macam. 

Kalau kita bandingkan dengan di Malaysia, itu dananya 30 persen dikembalikan sama pemrintah sana. Sedangkan kita justru kebalikannya, jadi mindsetnya yang harus dirubah.

Menurut pandangan Anda apakah paket kebijakan ekonomi sudah efektif?

Paket kebijakan ekonomi adalah suatu niat yang baik, ada yang sudah dimplementasikan dan ada yang baru akan diimplementasikan, memang saya melihatnya ini baru dirasakan satu atau dua tahun lagi. Program-programnya kita akui sudah makin mendekati sasaran tapi pelaksanaan di lapangan saya rasa masih ada kendala. 

Disinilah menurut saya peran Kadin, yang akan kami tingkatkan adalah mengawal paket kebijakan ekonomi agar berjalan. Karena kalau tidak, momentumnya akan hilang. Harus diakui, sejak ada paket kebijakan, trust dari masyarakat sudah ada peningkatan kami rasakan. 

Tapi, kalau dalam implementasinya tidak terjadi dengan baik, maka rasa kepercayaan yang sudah timbul akan turun. Itulah yang pemerintah harus benar-benar perhatikan bahwa kebijakan yang sudah dikeluarkan ini bisa diimplementasikan. 

Karena implementasi di lapangan yang saya lihat masih lemah. Dalam hal ini, Kadin akan mengawal supaya kebijakan tersebut dapat berjalan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Baca juga:

Contoh yang sudah berjalan apa?

Kita tahu ada 30 persen diskon listrik untuk industri tidak sepenuhnya jalan. Itu kadang-kadang membuat industri yang sudah semangat jadi down lagi. Ada beberapa banyak yang harus dikawal.

Paket kebijakan ekonomi yang akan datang apakah Kadin akan memberi masukan?

Sudah pasti, sekarang kadin akan lebih aktif. Dan kami harap, inputan kepada pemerintah tentunya dapat diterima. Kita dalam keadaan seperti ini, akan terus berbicara dengan pemerintah melalui kementerian terkait atau kepada presiden dan wakil presiden bahwa pengurus kadin yang sekarang bisa membawahi sektor masing-masing. 

Kami optimistis dengan kepengurusan Kadin, sekarang bisa menjadi mitra sejajar pemerintah, kami bisa duduk satu level dengan pemerintah. Karena untuk itu, kepengurusan yang dibentuk tidak main-main.

Insentif apa yang diharapkan oleh pengusaha kepada pemerintah?

Insentif pajak, komoditas ekspor. Dalam hal ini, pelaksanaannya masih belum maksimal.

Terkait dengan perlindungan produk, eonomi China diproyeksi akan lebih merajai di Indonesia, antisipasinya bagimana?

Ekonomi China akan turun lagi di 2016, sekarang aja di bawah 7 persen, 2016 ini diperkirakan 6,3-6.5 persen pertumbuhannya dan akan lewat (kalah) oleh India yang mencapai lebih dari 7 persen, itu bisa jadi keuntungan. 

Produk Tiongkok diprediksi akan lebih banyak masuk ke Indonesia?

Dari dulu juga udah banyak, kalau saya melihatnya produk-produk yang masuk ke Indonesia ini hukum alam. Dalam hal ini kompetisi yang sehat maka barang kita mesti kompetitif. Kalau tidak, bakal kebanjiran dan pemerintah harus bisa memberikan kebijakan yang mensupport industri kita.

Bagaimana kesiapan dunia usaha Indonesia menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, Bagaimana dengan Kadin?

Dunia usaha kita masih banyak pada tahap awareness, tapi mestinya yang lebih dilihat dengan adanya MEA ini, lebih kepada kesempatan apa yang bisa diambil, dan tentunya tren apa yang ada. Sebenarnya wacana MEA ini suah lama. MEA sudah dicanangkan sejak 1997.

Hadapi MEA, jika melihat negara dikawasan seperti Vietnam sebagai saingan, Apa strateginya??

Semua sih saingan, tapi menurut saya saingan itu sehat. Tapi kita juga harus punya planning dan produk unggulan supaya ke depannya kita bisa membuat produk yang lebih kompetitif.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya