Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi

Negara Ini Berdasarkan Konstitusi

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi
Sumber :
  • Jay Bramena/ VIVA.co.id

VIVA.co.id – Namanya sering dikaitkan dengan Ratu Pantai Laut Selatan, Nyai Roro Kidul dan semua yang berbau mistik. Tak hanya itu, ia juga dituding sesat dan syirik. Perhatiannya yang tinggi terhadap seni dan budaya, membuatnya kerap menjadi sasaran kritik, karena dianggap menyekutukan Tuhan.

PNS Purwakarta Diminta Puasa Dua Hari Seminggu

Sikap dan kebijakannya, sering mengundang kontroversi. Ketegasannya dalam merawat budaya lokal dan keberagaman, membuatnya dimusuhi sejumlah ormas Islam. Beberapa kali ia dihadang, di-sweeping dan diusir oleh Front Pembela Islam (FPI), saat menghadiri acara di Jakarta. Seban, ia dituding memusuhi Islam.

Dedi Mulyadi memang eksentrik. Penampilannya sederhana, dengan ikat yang yang tak pernah lepas dari kepalanya. Bicaranya lugas dan jelas, juga tegas. Namun, di balik kesederhanaannya, orang nomor satu di Kabupaten Purwakarta ini memiliki visi dan misi yang jelas dalam membangun daerahnya. Ia juga menelorkan sejumlah kebijakan yang manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh rakyat.

Bupati Purwakarta Pikul 50 Kg Beras Buat Warga Miskin

Beberapa waktu lalu, VIVA.co.id sempat berkunjung ke rumah dinasnya di kompleks Pemerintah Daerah, Jalan Ganda Negara, Purwakarta. Kepada VIVA.co.id, Dedi mengisahkan pengalamannya selama memimpin Purwakarta.

Ia juga mengklarifikasi sejumlah tudingan yang dialamatkan kepadanya. Tak lupa, ia juga menyampaikan harapan dan targetnya dalam memimpin salah satu kabupaten di Jawa Barat tersebut. Demikian petikan wawancaranya.

Empat Pilar Kebangkitan Nasional Menurut Bupati Purwakarta

Saat berpidato dalam sidang PBB, Anda mengatakan, desa harus terjaga basis budayanya, agar menjadi bagian dari ketahanan bangsa. Bisa dijelaskan?

Spirit negara adalah hidup dan menghidupkan. Maka, kota dan desa harus memiliki kekuatan dan spirit yang sama, atau setara.

Artinya, selama ini belum setara?

Hari ini, hal itu terbalik. Sumber-sumber daya alam yang ada di desa dieksploitasi besar-besaran, sehingga melahirkan kemiskinan di desa. Padahal, hampir semua sumber daya alam yang ada itu bersumber dari desa.

Pertanyaannya, apakah desa yang sumber daya alamnya dikeruk tersebut makmur, atau tidak? Hal itu yang mendorong saya untuk segera membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya kecerdasan masyarakat desa.

Apa kaitannya dengan basis budaya?

Masyarakat desa merasa budayanya tertinggal. Mereka beranggapan, masyarakat kota itu budayanya tinggi. Sehingga, terjadi 'pembelian kebudayaan'. Pembelian mode pakaian, makanan, hiburan, dan bahasa. Sehingga, selain kehilangan kekayaan alam, masyarakat desa juga kehilangan kekayaan kebudayaan. Maka, orang-orang pedesaan menjadi konsumtif. Hal ini melahirkan kemiskinan.

Dampaknya?

Kepercayaan diri orang desa menjadi luntur, kepercayaan diri akan pertaniannya luntur. Sehingga anak-anak desa tak lagi menyukai pertanian. Kepercayaan diri terhadap peternakannya luntur, anak-anak desa tak menyukai peternakan.

Lalu?

Mereka pergi ke kota dan menjadi kelas miskin baru. Jadi gelandangan, jadi preman, menjadi beban. Oleh perkotaan diburu, disuruh pulang lagi. Pulang ke desanya dia sudah enggak punya apa-apa. Ini kan problem sosial yang harus segera diselesaikan. Maka, harus ada sebuah kebijakan revitalisasi kebudayaan yang dilakukan oleh negara, di mana desa menjadi kekuatan fundamen dalam negara. Pengelolaan sumber daya alam juga harus melibatkan masyarakat desa.

Selain itu?

Masyarakat desa harus dibangun kepercayaan dirinya, bahwa kebudayaan yang dimilikinya bernilai tinggi. Dari kepercayaan diri, maka akan menjadi kekuatan ekonomi.

Bagaimana Anda melihat peran Undang-undang Desa?

Ketika bicara soal UU Desa, yang dibicarakan selalu soal anggaran. Semuanya ribut tentang persoalan anggaran. Bagaimana anggaran dikelola, bagaiamana auditnya, fokusnya ke sana. Itu hal teknis yang tak harus dibicarakan, cukup regulasi yang berjalan. Tetapi, yang harus dibangun hari ini adalah kepercayaan diri masyarakat desa.

Katakan bahwa makanan desa itu adalah makanan Indonesia yang sebenarnya. Katakan bahwa pakaian orang desa adalah pakaian Indonesia yang sebenarnya. Katakan bahwa keseniannya orang desa adalah kesenian Indonesia yang sebenarnya. Karena Indonesia yang sebenarnya adalah desa.

Kemudian, distribusi ekonomi mulai diatur. Antara pedesaan dan perkotaan tidak boleh timpang, infrasturktur harus sama, pembagian sistem keuangan tak boleh langsung terpusat, harus didorong di desa. Ada kesetaraan.

Dalam memimpin Purwakarta, Anda sangat memperhatikan budaya. Kenapa?

Kita sering keliru mengartikan kebudayaan. Kebudayaan hanya dipahami sebatas kesenian. Kebudayaan hanya dipahami musik, sastra. Ada degradasi pemahaman. Dalam kaca mata saya, kebudayaan itu tata nilai yang lahir dari gagasan, pikiran manusia yang membentuk perilaku kehidupan dalam keseharian. Ucapan, tindakan, membangun rumah, sistem pelayanan perkantoran, politik, itu semua kebudayaan. Kebudayaan itu melingkupi seluruh produktivitas manusia dan kemanusiaan.

Untuk membangun itu harus berangkat dari filosofi. Filosofisnya apa? filosofi dasar kita adalah Pancasila. Berarti, secara subtansi kita bicara tentang identitas Indonesia. Indonesia itu siapa? Indonesia adalah kita. Kita itu siapa? Indonesia adalah saya orang Sunda, adalah saya orang Jawa. Ketika Indonesia adalah saya orang Sunda, maka perspektif berfikir pertama yang saya kembangkan adalah Indonesia adalah Sunda bagi saya.

Maka kebudayaan itu adalah ini tanah kita. Maka seluruh tata nilai tanah kita, itu melahirkan tata nilai kebudayaan. Siapa yang pertama meletakkan itu, orang tua kita, leluhur kita. Maka belajar Indonesia adalah belajar pada leluhur kita. Belajar soal apa cita-cita leluhur membangun bangsa ini. Kalau kita mencintai Indonesia, kita harus mencintai leluhur kita. Dari situ, kita akan menghormati keberagaman setiap wilayah. Karena, setiap wilayah punya identitas, tidak usah diseragamkan atas nama apapun, atas nama negara juga tidak boleh. Karena ketika negara menyeragamkan, pertanyaannya adalah identitas negara itu apa?

Apa saja yang sudah Anda lakukan untuk merawat dan melestarikan budaya lokal?

Pertama, tentunya mengbah mindset berpikir. Mengajak orang untuk mengenal masa lalu yang diasingkan. Jangan salah, ketika saya menggunakan ikat kepala, dikira Bali. Bali itu adalah adiknya Sunda. Bali itu disebut Sunda Kecil. Jadi, ketika saya menggunakan ikat kepala ini, dikiranya mirip Bali. Padahal, beda ikatan depannya. Bali itu ikatan depannya ayam jago, yang saya gunakan ini segitiga ke atas, monotheism. Penyembah Tuhan yang Esa. Karena, orang tidak mengenalnya, kemudian dikira Hindu.

Pertanyaan saya, mengapa orang yang menggunakan dasi dan jas tidak disebut Kristen? Kenapa orang menggunakan jeans, t-shirt, tidak disebut Yahudi? Inilah yang saya bilang, ada problem besar dalam mindset bangsa Indonesia.

Selain budaya, apa faktor penting lain yang menjadi dasar dalam pembangunan di Purwakarta?

Pemahaman itu aja cukup. Dari pemahaman itu akan lahir keluasan berpikir yang akan melahirkan spirit, lahirlah identitas, lahirlah produktifitas ekonomi. Budaya akan melahirkan pakaian, makanan, kebudayaan, estetika. Selesai.

Apa yang Anda lakukan terkait kebijakan di bidang pendidikan?

Pendidikan berkarakter. Pendidikan berkarakter adalah pendidikan yang memahami lingkungan. Pendidikan akan melahirkan manusia sehat, kalau anak-anaknya bangun jam empat pagi. Setelah itu, dia sarapan di rumah, pergi ke sekolah berjalan kaki, atau naik sepeda, masuk kelas jam enam. Di sekolahnya dihindarkan pelajaran yang membuat mereka depresi. Sekolahnya harus riang, kemudian mereka makan jam 10, makan makanan yang dimasak oleh ibunya, makanan yang sangat sehat. Pulang ke rumah, mereka anak-anak pedesaannya pergi ke sawah, pergi ke kebun, mengembala. Kemudian, sore mereka pulang ke rumah, pergi ke masjid ketika Magrib. Kemudian, isya sudah di rumah, jam sembilan sudah tidur. Sehat itu.

Apa benar Anda membuat kebijakan, bahwa siswa yang ketahuan merokok tidak akan naik kelas?

Ya. Betul. Itu menjadi kebijakan, ada Perbup dan peraturan sekolahnya. Pertimbangannya pertama, dari sisi aspek kesehatan. Secara klinis sudah dibuktikan mengganggu kesehatan. Kedua, dari sisi ekonomi. Anak sekolah itu belum memiliki penghasilan dan masih meminta orangtua.

Bagaimana dengan bidang kesehatan?

Seluruh rakyat dijamin pengobatannya. Bukan kesehatannya. Kalau kesehatan saya enggak jamin. Kesehatan itu tergantung orang. Dijamin pengobatan oleh pemerintah. Ambulans kita siapkan 200 unit, mengangkut dari rumah, diantarkan ke rumah sakit, diantarkan lagi ke rumah. Ada kesulitan ada sms center. Kelasnya penuh naik ke kelas dua, kelas dua penuh naik ke kelas satu. Semuanya gratis untuk jenis penyakit apapun, dengan atau tanpa BPJS Kesehatan.

Apakah pendidikan juga gratis?

Pendidikan gratis sampai SMA.

Apa benar Anda sering mengantarkan sendiri warga yang sakit?

Ya. Handphone saya 24 jam. Kalau ada kesulitan saya sendiri yang turun, menginstruksikan pada staf saya untuk jalan. Di kantor di samping kursi saya, ada staf yang khusus mengurusi orang sakit. Bukan pegawai dinas kesehatan, dia pegawai saya. Sekretaris bupati, tetapi khusus mengurus orang sakit.

Kabarnya, Anda juga kerap memanggul beras sendiri untuk warga yang membutuhkan?

Ya. Saya memanggul beras bukan untuk mendapatkan pujian. Itu sudah kebiasaan saya dari dulu sampai sekarang. Jadi, bukan hal baru. Kebiasaan kecil saya suka menggiling padi. Ini saya (punggung) kuat sampai tujuh puluh lima kilo waktu saya SMP dan SMA. Jadi, kalau kemarin-kemarin memanggul beras itu kecil. Jadi saya biasa memikul. Jadi kalau memang ada warga yang susah ya, saya antarkan, enggak ada masalah.

Kenapa Anda memilih melakukan sendiri dan tidak menyuruh bawahan?

Kadang-kadang lambat. Begini, kalau saya memerintah misalnya, camat, camat tolong kirim beras. Nanti ada pertanyaan, pak berasnya dari mana? Saya harus bayar dan memakai anggaran apa? Dilelang atau tidak berasnya? Lama.

Kalau saya tidak. Saya ambil beras dari toko, nanti saya yang bayar. Saya sendiri punya berasnya banyak. Sawah saya cukup. Karena menghindari birokrasi. Mending kalau camatnya respect langsung dia mengambil. Nanti, camat memerintahkan sekmat (sekretaris camat). Sekmat memerintahkan kepala seksi, kepala seksi memerintahkan staf. Itu rapatnya bisa dua minggu baru selesai.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/02/05/56b45fb928f9d-bupati-purwakarta-dedi-mulyadi_663_382.JPG

Apa benar Anda meminta PNS untuk puasa dua hari dalam sepekan?

Saya di situ tidak bicara dalam sudut pandang spiritualitas atau agama, tetapi terkait ketahanan pangan. Misalnya begini. Satu orang menghabiskan satu gelas dalam setiap hari, kurang lebih satu perempat liter. Misalkan 250 gram, diefisienkan dikali seminggu, berarti 500 gram berarti setengah kilo. Dikali jumlah PNS 20 ribu, dikali setengah kilogram dalam setiap minggu berarti 10 ribu kg, berarti 10 ton dikali sebulan, berarti 40 ton. Belum gula, garam, belum yang lain. Pegawai negeri banyak yang perutnya sudah tambun.

Apa benar Anda juga mempekerjakan ‘Pak Ogah’?

Saya itu merasa aneh. Ini negara jaringan pasukannya banyak sekali, tetapi kenapa orang parkir masih memakai swasta? Swasta artinya orang perorangan yang mengatur secara sukarela dengan bayaran seribu, dua ribu. Negara di mana? Kalau sudah seperti itu masalah. Pertimbangan saya, kalau mereka saya gantikan dengan para pegawai saya, nanti mereka bisa saja menganggur, mending jika melakukan perbuatan baik, kalau berbuat kejahatan? Maka solusinya adalah angkat saja mereka menjadi pegawai, tenaga sukarela Dinas Perhubungan.

Apa benar Anda mengusulkan sejumlah program kepada Ahok (Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama)?

Sebenarnya kita ini, seluruh penyelesaian programnya tidak terintegrasi. Jakarta memiliki program sendiri, Bekasi juga, Karawang, Purwakarta, Bogor, punya program sendiri. Bagaimana jika kita bicarakan bersama. Apa problem Jakarta. Problem Jakarta adalah kemacetan, disebabkan oleh apa? Ternyata, mobil-mobil besar, bus, truk, angkutan barang, karena mobilitasnya lambat. Truk bawa apa? sampah, dikirim ke pasar, bus bawa penumpang.

Distribusi ekonomi menjadi terpusat ke Jakarta. Tukang-tukang dagang menumpuk di terminal. Bagaimana kalau terminalnya di Purwakarta? Bus cukup sampai di Purwakarta, dari sana diangkut dengan trans, atau naik kereta dengan kecepatan satu jam sampai. Mobil-mobil besar, pengangkut barang, pasar basahnya di sini saja, mengangkut ke Jakartanya dengan mobil-mobil kecil saja. Clear. Berarti saya sudah mengurangi sampah Jakarta dari terminal dan kemacetan.

FPI menjuluki Anda sebagai Raja Syirik?

Syirik, sesat, itu menjadi hal yang biasa sekarang. Setingkat pak Quraish Shihab saja disebut sesat, Mahfud MD, Gusdur, Cak Nur pemikir besar disebut kafir. Kebetulan saya adalah pengagum pemikiran-pemikiran mereka.

Saya memahami itu dalam tiga pokok pikiran, keislaman, kemodernan, dan ke-Indonesiaan. Ketika bicara ke-Indonesiaan, ke-Sundaan saya masuk dalam ruang lingkup kebudayaan masa lalu. Kenapa setiap nilai-nilai kebudayaan masa lalu bangsa saya orang Sunda atau Jawa selalu dimusyrikan? Selalu dibuat identitas bertentangan dengan agama? Letak bertentangannya di mana? Itu yang menjadi pertanyaan saya.

Tetapi, kebudayaan yang dibawa dari Timur Tengah itu juga banyak, yang ada sebelum zaman Nabi Muhammad. Misalnya Pak Said Agil pernah menyampaikan dalam ceramahnya, masjid itu menggunakan menara. Menara itu dari munara. Munara itu adalah tempat penyimpanan api, yaitu, orang-orang Majusi waktu itu menyembah api yang disimpan di menara. Kemudian, menara itu menjadi khasanah masjid yang dipakai di kita semua. Kenapa itu boleh? Kenapa yang di kita tidak boleh?

Bagi saya, nilai-nilai masa lalu itu penuh kearifan. Misalnya orang Sunda, silih asah, silih asih, silih asuh. Ada kereta kencana dikasih ratus dan bunga, apa bedanya dengan bendera yang dihormati? Sama. Itu simbolisasi saja. Kalau itu tidak boleh, harusnya bendera itu tidak boleh juga. Artinya, sama saja sebenarnya, setiap orang masih menghormati simbolisasi. Hanya saja beda bentuknya.

Pohon diberi kain, masalahnya apa? Dianggap seperti Hindu? Itu khas Bali. Di India, tidak ada seperti itu. Bukan khas Hindu. Bali itu khasnya budaya nusantara. Bagus mana pohon diberi kain dengan dikasih paku dan iklan? Apa yang jadi masalah? Kain kotak-kotak warna hitam? Itu bukan barang baru di kita. Semar dalam wayang golek itu pasti kainnya kotak-kotak hitam, Hanoman juga. Karena orang Indonesia itu mengenal dua warna, hitam dan putih, sama seperti di Mekkah. Warnanya hitam. Artinya, warna hitam dan putih memiliki filosofi. Kalau kotak-kotaknya dipermasalahkan, harusnya papan catur juga tidak boleh.

Anda juga dituding telah menistakan agama?

Menistakan agama itu seperti apa? Orang miskin kelaparan enggak dikasih makan, orang kayanya tertawa terbahak-bahak, itu menistakan agama. Anak-anak yatim dibiarkan terlantar, orang-orang sakit dibiarkan tanpa pengobatan, itu menistakan agama.

Anda juga dituding menghidupkan tradisi Sunda Wiwitan?

Sunda Wiwitan itu mereka pahami sebagai agama. Kalau saya, saya pahami sebagai ajaran Sunda. Wiwitan itu asal, awal. Sunda Wiwitan adalah Sunda yang mengajarkan tentang awal manusia penciptaannya, kecintaan terhadap lingkungan, terhadap sesama, tidak boleh berbuat berlebihan, silih asah, silih asih, silih asuh, filosofis dan nilai ajaran. Apa salahnya? Dari sistem ajaran nilai, yang diajarkan soal ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan. Apa yang salah?

Anda juga dikritik karena membangun banyak patung?

Di Purwakarta, patung itu bukan barang baru. Purwakarta punya industri keramik Plered. Membuat celengan dari tanah liat, terkenallah celengan Plered, jadi itu asli Purwakarta. Dibuat celengan yang besar-besar, yang harimau, dan sebagainya. Ada khas Plered namanya Menong. Menong itu adalah identitas Plered dan menjadi khas Purwakarta. Saya pasang di gerbang masuk ke arah Purwakarta lewat Jatiluhur, itu khas. Yang membuatnya adalah orang Plered. Itu identitas. Masalahnya apa? Kalau patung itu dianggap berhala dan tidak boleh, buatlah keputusan yang menyeluruh untuk seluruh orang Indonesia, dalam Kepres, Perpres, Undang-undang. Karena saya bupati, penyelenggara konstitusi.

Bagaimana soal tudingan bahwa Anda menikahi Nyai Roro Kidul?

Ketika orang mengatakan saya menikah, berarti orang itu mempercayai keberadaannya. Saya tidak mempercayai keberadaan dia sebagai makhluk, saya mempercayai dia sebagai nilai. Yaitu nilai, bahwa laut yang terjaga dan terpelihara dan menyatu dengan diri kita sebagai manusia yang menghuninya, maka dia menyatukan diri dengan kecantikannya Ratu Pantai Selatan, kecantikan laut Selatan.

Anda beberapa kali ditolak dan diusir oleh FPI saat di Jakarta. Tanggapan Anda?

Itu hanya dinamika saja. Kekhawatiran, ada ketakutan, dalam pemahamannya ditakutkan saya akan memengaruhi orang untuk mengikuti kebudayaan yang sedang saya galang. Ya ,itu dipersilahkan saja, sah saja. Bagi saya yang penting satu, negeri ini yang mengatur adalah konstitusi. Saya tidak dilarang oleh undang-undang untuk pergi kemana pun, dan negara wajib melindungi saya dimana pun. Negara kita bukan pengikut mahzab, atau keyakinan salah satu golongan. atau kelompok. Sehingga, pemahaman itu bersifat personal, bukan konstitusional. Maka tidak boleh dipaksakan pada orang lain untuk diterima sebagai hukum positif.

Apa target Anda selama memimpin Purwakarta?

Purwakarta tumbuh menjadi kabupaten yang memiliki daya dukung lingkungan yang kuat, desa dan kotanya kuat. Bukan hanya smart city, tetapi smart vilages, dari desa.

Sejauh ini apa kendala yang dihadapi?

Biaya. Kebutuhan tinggi, anggaran terbatas. Tetapi, saya tidak pernah patah semangat dan tetap bekerja. Toh dari anggaran yang terbatas, sudah bisa membuat Purwakarta yang seperti ini.

Setelah menjadi bupati Purwakarta dua periode, apa target Anda selanjutnya?

Setiap orang punya target. Setiap politisi bekerja untuk terus berkiprah dan bermanfaat bagi orang lain. Harus terukur. Jadi, target saya yang sesuai dengan realitas.

Ada keinginan untuk maju di Pilgub Jawa Barat?

Kita lihat saja nanti, bagaimana ukuran terhadap diri saya dan realitas politik saya nanti. Yang harus diciptakan hari ini, adalah orang yang aktif di partai adalah orang yang aktif untuk publik.

Apa harapan Anda?

Negara ini berdasarkan konstitusi, maka negara harus melindungi konstitusi yang berjalan. Jangan sampai orang yang bekerja atas nama Pancasila, bekerja untuk kebudayaan bangsanya, keluhuran budi pekerti bangsanya, seperti orang yang bekerja di kampung orang lain dan tidak mendapatkan perlindungan. Saatnya negara melindungi siapa saja yang bekerja untuk pancasila.

Pranamya Dewati/Jay Bramena (Purwakarta)

(asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya